Minggu, 17 April 2011

10 Tren Kehidupan Kota yang Ramah Lingkungan

Di bawah ini adalah 10 tren kehidupan urban yang akan membentuk kota di masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Lebah di Halaman Rumah
Populasi lebah menyusut drastis. Selain karena mati banyak pula mereka yang menghilang sebagai bagian dari fenomena aneh yang disebut Colony Collapse Disorder. Namun berita buruknya adalah dengan berkurangnya lebah, maka banyak tanaman pokok kita yang terancam hilang karena proses pembuahan yang biasa dilakukan serangga ini menurun tajam. 

Halaman belakang rumah bisa menjadi solusi. Caranya adalah dengan menyediakan sedikit lahan untuk sarang lebah. Selain turut melestarikan lingkungan, kita pun bisa memperoleh manfaat sampingan berupa madu. Selebriti yang sudah melakukan hal ini diantaranya Scarlett Johansson dan Samuel L. Jackson.

Memanfaatkan Lahan Sempit
Lahan di perkotaan semakin sempit sehingga semakin sulit pula untuk sekadar menanam tanaman penghijau. Kendati demikian, kini banyak pengembang yang mulai membangun dengan konsep bangunan hijau, terutama untuk gedung bertingkat. Selain itu, Anda pun dapat menyiasati lahan yang sempit dengan memanfaatkan balkon atau dinding. Biarkan tanaman dalam pot Anda tumbuh menyusuri jendela dan pegangan tangga. Hijaukan kota Anda!

Taman di Atap Gedung
Membuat atap gedung bertingkat yang hijau dengan tanaman merupakan tantangan tersendiri. Secara arsitektural, gedung ini memerlukan rancangan khusus yang dapat mengakomodasi tanah beserta tanaman hijau yang beratnya bisa berton-ton. Bukan hal yang mudah memang. Namun keindahan alami yang akan diperoleh sangat sepadan dengan usaha yang dilakukan.

Gerilyawan Revolusi Hijau
Kesal melihat lahan kota telantar yang tidak terawat dan merusak pemandangan? Anda bisa membentuk gerakan revolusi hijau yang bergerilya menghijaukan lahan tersebut. Gerakan ini umumnya bersenjatakan garpu taman dan bibit tanaman bunga untuk memperindah sudut-sudut kota. Anggotanya beroperasi secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, mempercantik lahan dengan membuat taman dan menyelesaikannya sebelum matahari terbit.

Mobil Listrik dan Komunitas Nebeng
Mobil listrik sudah mulai dipasarkan sejak beberapa tahun lalu. Namun, baru sekitar dua tahun terakhir mendapat sambutan positif di pasar otomotif seiring kemampuan jarak tempuhnya yang semakin mendekati mobil berbahan bakar minyak dan gas. Meski begitu, masih ada perdebatan mengenai seberapa ramah lingkungan mobil listrik sebenarnya. Oleh sebab itu, penggunaan transportasi massal serta alternatif lain untuk memaksimalkan daya angkut kendaraan pribadi, seperti yang dilakukan komunitas nebeng.com, merupakan tindakan bijaksana.

Lebih Sehat dengan Berjalan Kaki
Mimpi buruk kota super modern di masa depan adalah satu-satunya cara kita untuk berkeringat adalah hanya dengan menekan tombol. Kita benar-benar akan dimanjakan oleh teknologi. Akan tetapi, ada perubahan menarik yang terjadi belakangan ini. Pemerintah kota di Amerika Serikat mulai merancang kota yang mendorong penduduknya untuk lebih sering berjalan kaki. Taman dan jalan kecil diperbanyak. Akses ke berbagai tempat pun dirancang agar dapat dijangkau melalui trotoar. Jadi, selamat datang komuter sehat!

Memberi Berarti Menerima
Sering bermasalah dengan freezer di kulkas Anda yang penuh dengan buah-buahan? Cobalah berbagi kepada sesama melalui sebuah jejaring sosial di lingkungan Anda yang bisa mengumpulkan dan mendistribusikan kelebihan bahan makanan seperti buah-buahan. Di San Fransisco ada contoh jejaring sosial seperti ini yang bernama Neighborhood Fruit. Ketika kulkas seseorang penuh, ia dapat memberi sebagian isinya kepada yang membutuhkan. Semua anggota jejaring sosial tersebut pun merasakan manfaatnya dan merasa saling terbantu. Berminat untuk membentuk jejaring serupa di sini?

Memberikan yang Tak Terpakai
Hari-hari membuang bahan makanan yang tak terpakai sudah berlalu. Sementara sepertiga belanjaan rumah tangga berakhir di tempat sampah, Beberapa restoran mulai memperlakukan bahan makanan yang tak terpakai dengan lebih baik. Mereka menawarkannya kepada lembaga amal dan LSM setempat atau memberikannya langsung kepada para tuna wisma.

Berbelanjalah Secara Online
Tren belanja online terus menunjukkan peningkatan. Alasannya sederhana, belanja online merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan barang-barang terbaik dari mana pun di seluruh dunia. Cara ini jelas lebih ramah lingkungan karena, Anda tidak perlu menghabiskan bahan bakar kendaraan untuk pergi ke pusat perbelanjaan. 

Kembalinya Era Barter
Barter belum mati! Cara untuk memenuhi kebutuhan pada masa lalu ini hidup kembali berkat internet. Kemampuan internet untuk menghubungkan banyak orang memungkinkan kita untuk saling bertukar buku, DVD, pakaian, gadget, bibit tanaman, dan lain sebagainya. Apabila ini dilakukan oleh penduduk dalam suatu kota, tentu dapat meningkatkan ikatan sosial diantara mereka. (Sumber: EcoSalon)

Selasa, 05 April 2011

Secangkir Kopi Perlu 140 Liter Air

Berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi? Beberapa dari Anda mungkin akan dengan mudah menjawab, "Pastinya satu cangkir." Tapi, berdasarkan Water Footprint, rata-rata jumlah air yang dibutuhkan untuk menyajikan secangkir kopi adalah 140 liter.

Bagaimana bisa? Water Footprint tak hanya menghitung air yang digunakan untuk menyeduh kopi, tetapi juga total air yang dibutuhkan untuk menanam dan memelihara kopi, memanen, dan memrosesnya hingga menjadi biji kopi yang siap digiling, didistribusikan, hingga akhirnya disajikan di meja.

Jumlah tersebut cukup mengagetkan. Namun hal itu bisa menjadi cerminan bahwa pemakaian air dalam bidang pertanian, industri, dan konsumsi masyarakat tak terkirakan. Contoh lain, menyajikan secangkir teh memerlukan 35 liter air dan menyajikan 1 kg nasi memerlukan 3.000 liter air.
Untuk melihat dan mengontrol konsumsi air, pada tanggal 28 Februari 2011 lalu Global Water Footprint Standard merilis catatan terbaru. Catatan yang merupakan standar tersebut dikembangkan oleh Water Footprint Network dengan 139 partner, ilmuwan dari Universitas Twente, Belanda, serta kalangan LSM, perusahaan, dan pembuat kebijakan.

Global Water Footprint Standard memberikan konsistensi dalam mengukur jumlah air yang digunakan dan dampaknya. Pimpinan Water Footprint Network, Jim Leape, mengatakan bahwa standar tersebut dibuat saat perusahaan di semua sektor menyadari adanya ancaman kekurangan air yang bisa berdampak pada bisnisnya.
Menurut National Coordinator Freshwater Program WWF Indonesia Tri Agung Rooswiadji, standar tersebut dirancang untuk mengurangi pemborosan dalam konsumsi air. "Jumlah air bersih sudah sangat terbatas. Kalau kita boros, itu akan mengurangi kebutuhan pihak lain juga," ungkapnya.
Menurutnya, pemborosan konsumsi air kini banyak terjadi di kalangan industri komersial. "Industri ini tidak hanya industri manufaktur, tetapi juga yang lain, seperti pertanian dan tekstil. Kalau misalnya membuang limbah cair langsung, itu juga mengurangi jumlah air bersih," katanya.

Setiap komoditas industri menurutnya memiliki kebutuhan air yang berbeda. "Yang terbesar itu misalnya pada kopi, minyak sawit, dan kakao," kata Tri. Sektor lain, misalnya pada bahan makanan pokok, membutuhkan 3.000 liter air untuk memproduksi 1 kg beras dan 900 liter air untuk 1 kg tepung jagung.
Efisiensi dalam pemakaian air ini penting untuk dilakukan, terutama oleh kalangan industri. Ketidakefisienan dalam pemakaian air yang mengakibatkan kekurangan air bisa memicu konflik. "Itu pernah terjadi tahun 2001-2002 di Lombok. Petani berkonflik karena kekurangan air," ujarnya.

Tri mengungkapkan, kalangan industri bisa mulai menerapkan Water Footprint Standard. Dalam standar ini terdapat fasilitas penghitungan jumlah air yang digunakan berupa Water Footprint Calculator sehingga bisa membantu program efisiensi air.

Di sisi lain, ia juga menekankan perlunya kebijakan pemerintah. "Selama ini belum ada kebijakan mengenai efisiensi air," katanya. Kebijakan ini diharapkan bisa memacu pelaku industri untuk menerapkan standar tersebut.

Dengan Global Water Footprint Standard, pelaku industri bisa memantau penggunaan air, terutama menelaah sektor-sektor yang boros air. Dengan demikian, langkah efisiensi penggunaan air pun dimungkinkan dalam mendukung kelestarian sumber daya air.

Bagi individu, Global Water Footprint Standard bisa menjadi acuan untuk mengukur jumlah air yang digunakan dalam makanan, mencuci pakaian, dan barang-barang yang dibeli. Individu bisa beralih ke produk yang membutuhkan sedikit air dan yang proses produksinya memerhatikan kelestarian air.

Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu cara untuk melestarikan sumber daya air, selain dengan mencegah pencemaran pada sumber air. Saat ini, kualitas air bersih secara global menunjukkan tren penurunan sehingga membutuhkan langkah radikal untuk melestarikannya.
sumber : perwaku.org

Senin, 04 April 2011

Belajar Pajak dari Orang Denmark

Orang denmark sangat sangat taat pajak terutama income tax alias pajak pendapatan mereka kena pajak sampe 60 % dari total income hebatnya mereka nggak mengeluh atau merasa keberatan karena menurut mereka itu hal yang wajar sebab dengan pajak yang tinggi pemerintah menyediakan berbagai macam fasilitas kepada warganegaranya di denmark kita tidak akan menemui gepeng kalau kita kena phk atau berhenti kerja pemerintah akan memberi kita subsidi 90 % dari gaji kita terakhir selama max 4 tahun pemerintah juga mensubsidi play group kindergarden dan day care jadi warganegara terutama ibu ibu yang bekerja bisa mendapatkan tempat penjagaan anak dengan murah warga negara yang masuk universitas akan mendapat tunjangan 400 – 500 euro sebulan sampai lulus tingkat kriminalitas yang bisa dibilang minimum tidak ada kasus kasus kayak penculikan anak anak menyebab kan orang tua di denmark kadang dengan cuek nya ninggalin anaknya diluar rumah main main atau baby di kereta baby nya tanpa was was diculik.

Kebanyakan gaya hidup orang denmark lebih menekankan pada kualitas hidup bukan konsumerisme makanya kebanyakan rumah-rumah orang denmark sangat minimalis dari segi perabot dan pernak pernik mereka lebih mementingkan gaya hidup sehat denmark sama kayak belanda banyak yang make sepeda dari pada kendaraan bermotor dan pemerintah sendiri sangat memperhatikan masalah fasilitas kesehatan warga negaranya .

Banyak perempuan denmark yang tetap memilih single karena buat mereka institusi pernikahan itu nggak masuk prioritas penting karena mereka lebih nyaman jadi single sebab tidak tergantung dengan laki laki jadi buat mereka fine fine aja walau dah hampir 50 masih belum meried  wew .

(Dikutip dari tulisan “Mahluk Yang Biasa”)